What He Wants You to Wear

The prevailing understanding of men is that we are primitive, simple, dumb, always horny, and would fuck a tree stump. The reality? We aren’t always horny. If you’ve been in a long-term relationship…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Jangan Simpan Sendiri!

Diselenggarakan oleh Lembaga Kemahasiswaan ITB, tak bisa dipungkiri bahwa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T)merupakan salah satu sarana pengabdian masyarakat terbesar di kampus ini dari segi peserta dan persiapannya. Menurutku, ini adalah cara cepat termudah untuk memulai kiprah di ranah sosial masyarakat secara umum maupun secara khusus untuk skala kampus ITB, walau bila pesertanya belum pernah sama sekali berkegiatan bernuansa sosial masyarakat. Sepertiku pada waktu itu.

Tahun lalu ku menjadi peserta KKN satu-satunya dari jurusan Mikrobiologi. Ku terpilih di tema Eco-Agro daripada tema lain yaitu Pendidikan, Infrastruktur, dan Air yang nantinya akan terletak di desa-desa yang berbeda.

Prosesnya kulalui selama satu bulan untuk perkuliahan teorinya di tiap akhir pekan bulan April, dua bulan lagi untuk persiapan konsep dan teknis bersama kawan-kawan, dan dari 17 Juli hingga 6 Agustus 2017 untuk tinggal di dusun Cigerut Kulon, desa Cipakem, kecamatan Maleber, kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Bila boleh menyesal, ialah karena ku tidak mampu memaksimalkan partisipasi dalam persiapan konsep dan teknis bersama kawan-kawan tema Eco-Agro. Akademika jurusan Mikrobiologi selalu bisa jadi alasan sekaligus realita yang pahit untuk diakui. Maka ku bertekad bisa melakukan yang terbaik selama tiga minggu berada disana.

Hari-hari awal kami habiskan untuk mengikuti aliran kegiatan warga desa. Perlahan kami berusaha memulai proyek yang kami rancang dengan permulaan koordinasi dengan pejabat dusun. Proyek kami terdiri dari Pembuatan Greenhouse untuk Pengeringan Biji Kopi, Pembentukan Kelompok Tani, Penyuluhan Pasca Panen Kopi, dan Pemberian Alat Pengolahan Pasca Panen Kopi.

Di selang proyek utama, kami turut ‘mengganggu’ warga dalam merenovasi bangunan, bertani di sawah, membersihkan musholla, membantu program pengajian anak-anak, berpartisipasi di pengajian ibu-ibu, mengorganisir lomba Agustusan, dan tentunya jelajah desa — baik untuk mengejar matahari terbit maupun mencari bintang jatuh di sela-sela gemerlap konstelasi.

Tiga minggu itu berlalu lebih cepat daripada perkiraanku sebelum berangkat. Kami kemudian harus pergi ketika baru mulai terbiasa.

Meninggalkan desa itu sangat berat. Ku masih ingat betul suasananya, entah berapa banyak air mata yang menetes di momen kepergian kami. Mungkin juga karena baik kami maupun mereka sama-sama tidak bisa memastikan kapan kami bisa berguru kembali ke desa ini — menuntaskan hal-hal yang sudah kami mulai bersama.

Bagi kawanku, KKN adalah waktu liburan yang dimaksimalkan untuk menjadi bermanfaat. Mereka memiliki kesadaran penuh bahwa masa kuliah hanyalah 8 bulan setahun dan jangan sampai 4 bulan sisanya disia-siakan untuk beristirahat penuh.

Bagi seseorang lagi, KKN adalah perjalanan menenangkan untuk menemukan diri sendiri di tengah ramah tamah masyarakat khas Indonesia. Perjalanan kedamaian tanpa sinyal globalisasi, jauh dari hiruk-pikuk dan cepatnya arus kehidupan perkotaan.

Bagi seorang yang lain, KKN adalah suatu kesempatan untuk mencoba hal baru yang mungkin bahkan tidak terbayang sebelumnya, seperti bertani di sawah, mendaki kebun kopi, melihat langit malam berhias galaksi, maupun mencoba terjun ke dunia pendidikan anak.

Bagi seorang yang lain lagi, KKN adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki minat di ranah sosial masyarakat, untuk saling berkenalan dan menyadari bahwa tiap dari mereka tidak sendirian di kampus ini; bahwa ada potensi untuk bergerak bersama-sama, untuk menciptakan hal yang lebih besar.

Bagiku sendiri, KKN adalah wahana pengembangan diri yang menumbuhkan empati dan membuka sudut pandang baru. Di skenario yang seharusnya kami menunaikan tanggung jawab kepada masyarakat, kami malah diajari lebih banyak oleh masyarakat; menambahkan beban pelajar yang lebih besar lagi. Apa yang kami beri dalam waktu tiga minggu itu, hanyalah sedikit dari apa yang masyarakat tanamkan kepada kami melalui metode pendidikannya yang unik.

Alhasil, setiap orang yang pulang dari KKN sama sekali bukanlah ‘Veteran Pengabdian Masyarakat’, melainkan merupakan ‘Prajurit Sosial Masyarakat’ yang baru dilantik. Bukannya tuntas hutangnya, para duta pergerakan ini harus menyebarkan pengalaman dan pelajaran yang mereka peroleh selama berada di candradimuka KKN.

Layaknya danau yang dihujani air banyak, bukankah celaka bila air tersebut hanya dibendung untuk diri sendiri? Akan sangat bijak bila air melimpah tersebut dialirkan dengan sangat menyegarkan kepada sekitarnya.

Jangan takut menjadi tidak bermanfaat di kala sedang belajar, lebih utama lagi bila belajar kalian diiringi dengan pengalaman langsung yang umum diistilahkan sebagai Experiential Learning. Ku pandang belajar dan berkembang merupakan suatu cara untuk menjadi lebih bermanfaat di kemudian hari — sebagaimana kembang bagi para penikmat nektar. Bukankah manusia yang terbaik ialah yang dapat mendatangkan manfaat bagi orang lain?

Bagi kalian, ku titipkan saran:

Orientasikan setiap tindak tanduk kalian untuk berbagi, baik untuk desa tersebut maupun untuk kawan-kawan kalian nantinya setelah pulang kembali ke kampus.

Apa yang kalian alami dari desa, ceritakanlah. Apapun yang kalian pelajari dari masyarakat, ajarkanlah. Dalam bentuk dan rupa yang sesuai dengan cara kalian masing-masing. Menulis, berdialog, orasi, menjadi ketua bagian sosial masyarakat himpunan, atau bahkan membentuk kepengurusan himpunan yang menjadi lebih dekat dan berdampak ke masyarakat, ataupun hingga nantinya bergabung ke lembaga lain yang berfokus di ranah pelayanan dan pengembangan masyarakat. Apapun.

Teruskanlah. Propagasikan. Bebaskan beban ilmu yang kalian bendung. Pembelajaran dan perspektif yang kamu peroleh: Jangan disimpan sendiri!

vrotonema — masyarakat biasa

teruntuk para peserta KKN-T ITB 2018, khususnya adik-adikku kebanggaan Archaea ITB!

Add a comment

Related posts:

Helpful Tools I Used to Optimize My Medium Stories as a Beginner

When I first started writing on Medium three months ago, I needed a lot of help. Like many of you probably, my first full month was trying to figure out everything that Medium had to offer. I felt…

9 Best ways to Slow Down and benefits of Slow Living

Slow living is a concept of living with fewer things and more experiences. It’s about slowing down your life so that you have time to enjoy the little things in life, which I think is important. This…

Fuck Me Baby One More Time

Morgan knew an awful lot about tying up people with ropes. I mean, I don’t if he was a serial killer in a past life or a rodeo rider. Personally, my money would have been rodeo riding. “It’s…