Sobre marxistas conservadores

O jovem militante na ânsia de se aproximar da base, ao invés de se aproximar do trabalhador, concilia com as práticas conservadoras que permeiam a classe. Nós como comunistas não devemos romantizar a…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Bikin Produk Ribet

Mengacu dari LinkedIn Opportunity Index, 50% dari masyarakat Indonesia punya keinginan besar buat memulai usaha atau bisnis sendiri. Namun banyak dari mereka ga tahu, betapa sulitnya membuat produk atau jasa yang benar-benar dibutuhkan.

Membuat produk itu ga gampang, perlu waktu, tenaga, juga uang demi memastikan bisnis itu bisa jalan. Nah sekarang, kalau orang asal-asalan aja dalam memulai bisnisnya terus make resources gila-gilaan, ga banget kan kalau produk/jasa ga terjual sama sekali (bukannya untung tapi malah rugi. Iya mending kalau resources kita ga bisa habis) 😭.

Disaat tulisan ini saya tulis, saya sendiri sedang belajar mengenai produk. Belajar tentang gimana sih cara buat bikin produk yang benar-benar dibutuhkan oleh kustomer (?). Dan saat melakukan explore, saya menemukan istilah bernama Product-Market Fit.

Jikalau teman-teman cari di internet sekarang, akan ada banyak sekali definisi atau pemahaman terkait dengan Product-Market Fit. Tapi bagi saya, product-market fit merupakan istilah yang digunakan untuk mengatakan bahwa suatu produk telah sukses di pasaran. Artinya, produk tersebut memang dibutuhkan oleh customer dan dapat bersaing dengan pasar.

Disini saya akan mengacu ke ilustrasi yang ada di buku The Lean Product Playbook karya Dan Olsen, bapak yang expert di dunia product management, dimana beliau menggambarkan product-market fit dengan piramid yang memuat komponen-komponen dari konsep product-market fit. Ilustrasi tersebut beliau namai dengan “Product-Market Fit Pyramid”.

Santai, kita bahas pelan-pelan. Gampangnya, sukses atau tidaknya suatu produk bisa dilihat dari dua sisi, sisi produk dan sisi market (piramid bagian atas dan bawah). Sisi produk mencangkup 3 komponen :

Sedangkan, pada sisi market mencangkup 2 komponen :

Ok, kita bahas dari segi marketnya dulu. Sisi market dibagi jadi dua, diliat dari siapa kustomernya dan apa kebutuhannya. Kalau mengacu dari bukunya bapak Dan Olsen, Ia memakai kata underserved need yang artinya kebutuhan yang belum terlayani (Bisa digunain sebagai acuan juga untuk bersaing dengan produk kompetitor).

Dengan menggali sisi market tersebut, kita bisa bilang “Oke, ternyata ada nih marketnya. Mereka tuh si A, si B, si C. Dan mereka membutuhkan X, Y, dan Z”.

Sebelum bahas lebih dalam, kita perlu satu pemahaman dulu nih temen-temen. Bahwa, produk tidak terbatas pada suatu benda fisik yang bisa kita pegang atau berinteraksi dengannya. Saya sendiri memiliki pemahaman bahwa produk adalah segala sesuatu yang mempunyai value untuk dipakai atau digunakan (Bisa berarti barang ataupun jasa). OK-LANJUT.

Nah, untuk sisi product dibagi menjadi tiga, yaitu pengalaman pengguna, fitur yang tersedia, proposisi nilainya. OK, mungkin kedengaran seperti, “Wah UX, Aplikasi Banget Ini”. Eits, tenang dulu, kita bahas pelan-pelan.

Memang istilah UX sedang hangat diperbincangkan, dan UX akan sering dikaitkan dengan UX dari aplikasi digital, entah website, software dan lainnya. Tapi, UX tidak sesempit atau terbatas kepada aplikasi digital saja, melainkan segala macam produk. Mengacu kepada tulisan dari Nielsen Norman Group (Buat yang interest sama produk, boleh banget seek more soal NN/g),

“User experience” encompasses all aspects of the end-user’s interaction with the company, its services, and its products.

Yang artinya, UX mencangkup ke semua aspek dalam interaksi end-user ketika menggunakan layanan jasa atau produk dari suatu perusahaan. So, Inti dari layer pertama di bagian product adalah bagaimana pengalaman pengguna seseorang terhadap produk.

Layer berikutnya adalah feature set yang artinya adalah kumpulan fitur. Feature set menggambarkan fungsionalitas dari produk kita.

Untuk itu ada layer ketiga, yaitu value proposition. Jadi, si value proposition adalah sekumpulan kebutuhan dari customer yang dapat kita cover dengan produk kita.

Kira-kira gitu ya, komponen-komponen yang perlu diperhatikan agar suatu produk bisa sukses di pasaran. Saya sendiri masih belajar dalam dunia produk dan sangat terbuka buat temen-temen yang mau sharing atau memberikan gagasannya supaya saya juga bisa terus belajar. Last but not least, terima kasih sudah membaca hingga akhir, semoga bermanfaat 🙌🏻

Please connect with my LinkedIn and senggol me dengan kasi tau kalau kalian baca tulisan saya ya👋🏻

🌙✨

Add a comment

Related posts:

Easy deployment with GitHub and AWS CodePipeline

So you have a beautiful static website hosted on AWS S3, now you want to deploy your changes as soon as you commit to GitHub? You’ve come to the right place my friend. Alternatively, if you don’t…

The Green Concept that Revolutionized Water Treatment

Before man even ventured into science, nature was at the forefront of many scientific innovations. The absorption of nutrients from the soil by root hairs of plants, the exchange of oxygen and carbon…

Hablemos de Liderazgo

En los primeros acercamientos hacia un concepto de Liderazgo, proponga el siguiente concepto: El Liderazgo es un estado de conciencia, donde el individuo, por medio de una reflexión constante de su…